Menyambut Syurga, Menantang Badai

Bunga bermekaran di taman yang indah
Semerbak harumnya membumbung ke angkasa
Beraneka warna
Beraneka pula jenisnya
Siapa tak bahagia memandangnya

Bunga-bunga yang indah jangan kau petik
Rawatlah ia agar tetap cantik
Menghiasi dunia yang telah terusik
Biarlah mereka berlomba menjadi yang terbaik


Ada sebuah status di facebook yang menggelitik pemikiran saya pada waktu itu. Begini statusnya. "indahnya pernikahan? Tidakah ada buku yang membahas problematika pernikahan?" pada waktu itu saya tidak memberikan komentar hanya saja saya jadi teringat dengan pembahasan tema-tema  pernikahan. Tema yang tidak pernah luput dari pembicaraan  dikalangan ikhwan ataupun akhwat.

Indahnya pernikahan dini adalah salah satu tema yang slalu ramai diperbincangkan dikalangan aktivis. Sudah banyak buku yang membahas masalah ini, bahkan seminar-seminarnya pun telah ada pula. Memang hal ini slalu menggoda para aktivis sebagai solusi dari menghindari pacaran yang dianggap haram oleh mereka. Para aktivis juga manusia, mereka tidak terlepas dari rasa cinta. Saat cinta sedang bergelora, dalam lingkungan aktivis seringkali ada dua pilihan yang ditawarkan kepada yang orang yang sedang jatuh cinta. Menikah atau berpuasa. Dan pilihan menikah disini berarti adalah sebuah "pernikahan dini."

Dalam buku-buku atau literatur lainnya tentang indahnya pernikahan dini alasan yang sering mengemuka adalah agar terhindarnya diri dari maksiat, pacaran salah satunya. Juga mereka bersandar pada sebuah hadist dan alquran yang pada intinya menyatakan bahwa jangan ragu untuk menikah walau ekonomi belum mapan karena dengan menikah engkau akan kaya. Ataupun dengan menjelaskan keutamaan-keutamaan menikah. Dan masih banyak lagi alasan-alasan lainnya

Memang tidak ada yang salah dengan uraian-uraian  tersebut, sama sekali tidak ada yang salah. Akan tetapi, yang perlu diingat adalah sebaik apapun amal kita yang akan menentukan adalah niat kita. Apakah memang niat kita "nikah dini" sudah lurus? Apakah kita memang sudah benar-benar paham dengan hakikat dari pernikahan.? Disini saya tidak akan menilai bahwa nikah dini itu baik dan perlu digalakan atau sesuatu yang buruk yang perlu dihempaskan. Karena semuanya akan kembali kepada niat masing-masing. Dan niat hanya anda dan Allah-lah yang mengetahuinya.

Apa niat anda untuk "nikah dini"? Apakah untuk menghindari maksiat saja? Apakah hanya  bermodal nekad tanpa menghiraukan konsekuensi dari sebuah pernikahan? Apakah karena takut pasangan kita direbut orang lain? Atau apakah anda ingin pujian dari orang lain karena keberanian anda untuk "nikah dini"?

Mari kita luruskan kembali niat kita. Jangan terburu-buru. Karena terburu-buru itu perbuatan setan. Kita harus bisa membedakan antara terburu-buru dengan bersegera. Terburu-buru dengan bersegera adalah dua hal yang berbeda. Bukankah jodoh sudah terpilih sebelum kita terlahir? Yakinlah dengan hal itu. Seperti yang disampaikan oleh Ibnu 'Athaillah dalam al hikamnya, “Bergeloranya semangat tidak akan mampu menembus kokohnya benteng takdir.”

Jangan sampai keputusan kita untuk "nikah dini" karena niat yang salah, terburu-buru dan tidak tenang. Kalaulah kita yakin bahwa jodoh sudah ditakdirkan, luruskan niat, tenanglah dalam menghadapinya, ikhtiar dengan optimal, dan bersegeralah dalam menyambutnya.

0 Response to "Menyambut Syurga, Menantang Badai"

Post a Comment