Jamil Azzani, Kubik Leadership

Pernah dengar kubik? Yang doyan matematika pasti ingat. Yang belajarnya rajin, juga biasanya ingat. Itu loh satuan isi sebuah ruang atau ukuran volume misalnya m pangkat 3 alias meter kubik. Ingat kan? Gak ingat pun gapapa sih.

Pertanyaannya kenapa kubik disandingkan dengan bahasa yang lebih serem: _leadership_ alias kepemimpinan disini?
Ah saya kan gak suka manajemen atau keorganisasian. Gak mau deh mempelajari. Eits tunggu dulu, ini bukan leadership keorganisasian atau manajemen di kantor gitu.

Kepemimpinan yang dimaksud dalam kubik leadership adalah kemampuan untuk memimpin hidup kita sendiri dilacu pada 3 hal, yaitu menentukan kemana hidup akan diarahkan, apa-apa saja yang ingin kita lakukan dalam hidup ini dan jalan mana yang harus kita tempuh untuk mencapainya.
So mau berhasil dan hidup bermakna? Itu yang dipegang.

Sedangkan kata kubik merujuk pada satuan isi sebuah ruang tiga dimensi yang terdiri dari sumbu x, y dan z.

Kubik Leadership


Ketiga sumbu itu bermakna pada adanya tiga anatomi pada kepemimpinan hidup manusia itu tadi. Apa 3 itu? Kepemimpinan terhadap keyakinan, pada aksi dan pada pekerti manusia.


Tiga anatomi inilah yang membuat kita menjadi manusia yang utuh. Kita bahas satu persatu 🚩 Keyakinan (faith) adalah seperangkat prinsip atau nilai yang kita pegang.  Aksi adalah aktifitas nyata dari prinsip yang kita miliki itu. Sedangkan pekerti adalah sikap mental yang melahirkan kecenderungan prilaku sehari-hari saat menjalankan aksi tersebut.
Kita detilkan lagi yah...
🔸Pertama pimpinlah  keyakinan kita. Kumpulkan prinsip-prinsip hidup yang cemerlang. Darimana dapat prinsip-prinsip tersebut? Temuilah orang-orang hebat, diskusilah dengan mereka, ambil hikmah dari perjalanan hidup mereka. Atau kunjungilah tempat-tempat yang bersejarah, yang hebat dan memberi makna. Pelajarilah kenapa orang-orang di situ bisa tercatat dalam sejarah, bisa menghasilkan prestasi, bisa meraih hidup yang sejahtera dan sebagainya. Yang paling sederhana dan murah meraih bisa kita lakukan misalnya dengan membaca.
Untuk apa itu semua? Memimpin keyakinan kita. Mengumpulkan prinsip- prinsip manis.
Dan ha-hal diatas termasuk dalam pencarian prinsip manusia.
Sementara di buku ini sendiri dikatakan ada 3 jenis prinsip yaitu prinsip manusia, prinsip alam dan prinsip tuhan.
Berikutnya adalah prinsip alam. Prinsipalam bukan berarti kita menjadi ahli sains. Tapi dari sains yang kita ketahui, kita bisa mengambil prinsipnya. Lihatlah bagaimana alam ini bekerja dan bagaimana kita dapat memanfaatkan hukum alam yang ada untuk menghadirkan keberuntungan dalam hidup. Ujungnya adalah manfaatkan lah alam untuk melejitkan kehidupan kita.
🔸Sedangkan dalam prinsip Tuhan anda akan diajak melihat kaitan erat antara Tuhan dan mahluknya serta bagaimana anda bisa mengakses energi Tuhan untuk memperoleh kekuatan tanpa batas. Ini kita pelajari dari agama atau kitab suci.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Kumpulkan 3 prinsip di atas! Berat yah? Tentu berat. Inilah yang diterjemahkan sebagai pembelajaran dan melatihnya supaya kita menguasainya.
Agak berat ya buku ini?
Berikutnya setelah kita menguasai prinsip di atas, maka saatnya berAKSI.
Nah untuk beraksi agar menjadikan hidup sukses dan bermakna, menurut buku Kubik ini kita mestilah memegang 3 AS : aksi atau kerja cerdAS, kerja kerAS dan kerja ikhlAS.

Kubik Leadership


_Why them_? Dengan bekerja pada sistim 3 As itu maka kita akan memiliki kemungkinan untuk memikul beban kerja berlipat-lipat kali dengan tanpa mengeluarkan energi yang banyak serta dapat menjalankanya dengan gembira.

Keren, bukan?
Kerja Cerdas adalah aksi yang menggunakan prinsip- prinsip di atas dengan tepat.
Dalam buku ini dengan bahasanya yang agak rumit memaparkan bahwa Kerja cerdas itu melalui 3 jenis kompetensi utama, yaitu menggunakan expertise, mengkapitalisasi aset, serta peran di pasar epos. Apaan tuh ya?
Lalu Kerja Keras yaitu menggunakan stamina yang kuat, kedisiplinan, keberdayagunaan, serta ketersediaan diri yang _high_
Sedangkan Kerja Ikhlas yaitu dengan cara bersihkan wadah terlebih dulu, isi wadahnya, perbesar wadah itu, dan harumkan wadah dg selalu berupaya berpikir positif.
Sudah memiliki prinsip-prinsip cemerlang dan hasil yang luar biasa dari kerja keras kita, cukup kah?

Eit tunggu dulu, bisa-bisa kita jadi angkuh, mulai semena-mena, dan konflik mulai terjadi dimana-mana. Sejarah menunjukkan itu: penindasan yang berujung pada penjajahan sesama manusia dan ekploitasi bumi yang merusak.

Kenapa bisa terjadi? Ini karena dimensi ketiga yang belum dipenuhi, yaitu ayo pimpinlah *pekerti* kita!
Tentang pimpin pekerti ini juga bukan sembarang pekerti.

Mengapa? Karena banyak orang yang sudah memimpin pekertinya dengan baik, eh malah tertindas. Sudah berdagang dengan pekerti mulia, eh malah bangkrut. Sudah belajar atau bekerja dengan pekerti cemerlang, eh malah tertinggal dari yang beperti buruk.

Apa yang salah? Ya itu tadi, pimpin pekerti kita tapi bukan sembarang pekerti. Menurut buku ini, pekerti yang kita pimpin dalam diri kita harus bersifat: positif, produktif tapi tetap kontributif. Misalnya pekerti yang ingin kita bangun adalah kerajinan. Apakah itu positif?
Apakah rajin itu positif?

Iya, sangat positif. Tapi jangan terlalu rajin. Jangan kerja 7 hari seminggu. Kata Stephen Covey dalam bukunya _7 Habits_, harus ada masanya _sharpen your saw_, alias Asah gergajimu. Sisakan 1 atau 2 hari dalam seminggu untuk istirahat misalnya. Karena jika begitu kerajinan kita menjadi tidak produktif. Lalu jangan asal kerja. Seminggu kerja keras tapi yang ia bangun adalah misalnya malah kerajaan narkoba. Yah jangan, karena itu tidak mengandung dimensi ketiga, yaitu kontributif tadi.
Revisi dikit, babe ruth legenda baseball usa bukan american football
Jadi pilihlah pekerti yang ingin kita bangun itu ingat sekali lagi: positif, produktif tapi tetap kontributif.
Mpg kita perlu mempelajari dan memiliki Kubik Leadership _inside_?

Dengan menerapkan kubik leadership setidaknya kita akan mendapatkan 4 hal  berikut
1. Bisa memiliki keyakinan diri yang kuat berkaitan dengan arah hidup serta menjalani hidup yang lebih istimewa 🌟🌟🌟
2. Bisa meningkatkan kapasitas diri _maximally_ sehingga mampu mengerjakan pekerjaan besar yang awalnya dianggap mustahil.
Cakep, kan?
3. Bisa mengkapitalisasi semua sumberdaya yang ada pada diri anda dan lngkungan secara oftimal untuk mendukung misi yang dijalankan dalam hidup.

4. Bisa memberi manfaat sebesar-besarnya serta menjadi sumber energi positif yang tiada habisnya untuk diri anda dan lingkungan, sehingga hidup anda akan diipenuhi berbagai keberuntungan yang besar.
Lalu buku ini bicara bahwa...

Apa yang membuat kita sukses? Sejarah pencarian rahasia menganggap kecerdasan intelektual sebagai faktor yang punya sumbangan besar pada sukses seseorang. Lain waktu mentalitas seperti kemauan kuat, kegigihan, keuletan dan keberanian mengambil resiko dianggap lbh berperan dr kecerdasan. Belakangan hadir kecerdasan emosi dianggap lebih hebat dr kecerdasan intelektual. Dan yg terakhir sukses sering dikaitkan dgn tingkat spiritualitas seseorang.
Dalam membicarakan rumus sukses dalam buku ini digunakan kata yang mewakili keseluruhan kapasitas manusia yaitu kata valensi yang berasal dari bahasa latin Valentia yang berarti kekuatan (power) atau kapasitas (capacity).
Valensi menentukan kelas persaingan diri kita.
Valensi yg anda miliki menentukan arena dan lawan anda bersaing. Anda cenderung berkompetisi dgn orang-orang yg memiliki tingkat Valensi sama. Seorang pengusaha yg memutuskan menjadi pemain lokal tidak berfikir bermain di tk nasional apalagi internasional. Keputusan itu dipengaruhi oleh nilai Valensinya. Ini berbada dgn pengusaha yang sejak awal sudah mematok utk bermain di tingkat internasional. Walaupun usahanya baru dimulai dgn modal seadanya, dia berani menargetkan akan menguasai pasar internasional. Keranian bersaing di tingkat ini tentu merupakan wujud dari nilai Valensinya yang tinggi.
Mungkin ini makin berat yah
Apabila anda seorang profesional, coba lihat dgn siapa anda berani bersaing. Apakah anda hanya berani bersaing dgn rekan kerja satu level saja? Ataukah anda berani bersaing dengan atasan atau bahkan dengan direktur? Apabila direktur memanggil dan meminta anda anda mempresentasikan ide dihadapan seluruh dewan direksi, apakah anda merasa khawatir? Takut kalau hal itu bisa menunjukkan kelemahan diri anda dan bisa menghambat karir anda? Atau sebaliknya, anda menjadi bersemangat dan melihat hal itu sebagai kesempatan untuk kemampuan dan adu pemikiran dengan dewan direksi?
Kalau jawaban anda adalah yang pertama, berarti anda belum berani bersaing pada level itu. Namun kalau jawaban anda yang kedua, selamat! Anda memiliki potensi meningkatkan nilai Valensi anda menjadi seperti nilai Valensi yang dimiliki para dewan direksi.
Memperbaiki nasib
Apabila anda mampu meningkatkan valensi, maka akan semakin terbuka kesuksesan dan jalan hidup yang lebih baik, tetapi bila tidak mampu meningkatkan valensi masih ada cara untuk memperbaiki nasib yaitu dengan memperbaiki metode kerja sehari-hari.

Ada 3 pilihan cara untuk memperbaiki nasib kita menurut buku ini. Pertama meningkatkan valensi anda.
Kedua , perbaiki cara hidup anda dengan menggunakan strategi dan teknik sukses tertentu.

Ketiga dan ini yang terbaik, adalah lakukan cara pertama dan kedua secara bersamaan.
Apa yg perlu dijadikan modal untuk naik ke tingkat valensi yang lebih
Tinggi?

Ada bbrp yg disarankan:
a. Libatkan diri anda kedalam pekerjaan besar yang seperttnya mustahil bisa dikerjakan
b. Bersaing pada tingkatan yang lebih tinggi/ dengan yang valensinya lebih.
c. Ambil resiko dengan memlai hal positif yang bersekala besar dan diidamkan.
d. Bertemanlah, bersahabat dengan orang yang bervalensi tinggi dan bergurulah.
Bahaya kehilangan motivasi.
Motivasi itu penting sekali. Banyak orang bisa (how) tapi tak tau tujuan atau tak punya keinginan (why) sehingga dia tidak melakukan apa-apa (what).
Di buku Kubik ini juga dibahas. Yaitu bahkan perbedaan tingkat motivasi akan menghasilkan perbedaan besar.
Si prmilik motivasi kecil akan menjadi profesional, sedangkan pemilik motivasi besar akan menjadi expert.
Beda jauh, bukan? Expert tentu lebih hebat. Padahal mendengar kata atau dpt predikat "kamu sudah profesional saja kita sudah senang. Padahal menurut ilmu motivasi itu belum ada apa-apanya lho dan dianggap motivasi jangka pendek.
Artinya dari buku ini didapat bahwa jika kita mengerjakan pekerjaan tanpa motivasi maka kita tidak akan bekerja profesional apalagi sampai jadi expert.
Sayang bukan? Maka pedapat saya, kita harus meninggalkankannya sama sekali atau "menemukan" motivasi itu.

Tambahan:
Trik saya tuk menemukan motivasi ada 3 cara sederhana:
1. Sering lakukan perjalanan. Coba kunjungi tempat-tempat baru.
Bahas dunia nyatanya biasa kita disuruh wisata akhir pekan (tempat yang dekat), akhir tahun (tempat yang lebih jauh). Itu bukan main-main lho
Dalam dunia motivasi itu memperbaharui semangat dan mindset.
Bahkan dalam sejarah islam dikenal "berhirjrah" lah kamu. Lihat efeknya dahsyat.
Dalam ibadah islam pun ada wahana bernama umroh dan haji. Dimana sejak dahulu sejarah menunjukkan banyak pejuang makin semangat ketika pulang dari Mekkah.
2. Sering silaturahmi sampai diskusi dengan tokoh yang lebih senior atau lebih berilmu. Apalagi jika di bidang atau di jalur yang sama.
Jika sering dilakukan, dijamin hasilnya luar biasa. Penyegaran motivasi yang tidak sedikit.
Jangan pernah merasa sudah cukup, sudah bisa, atau sudah sibuk.
Stephen Covey mengatakan asahlah gergajimu.
3. Selalu membaca. Seperti banyak diceritakan bahwa baca itu jendela dunia. Jika no1 dan no2 sulit dilakukan dengan sering, maka tutupi dengan banyak no3 ini: banyak membaca.
Jadi jangan sampai no1 tidak, no2 tidak, no3 pun tidak. Maka habislah motivasi kita.

0 Response to "Jamil Azzani, Kubik Leadership"

Post a Comment