“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A’raf: 172)
Kita sekalian pasti telah tahu, kisah Bilal bin Rabah r.a. seorang budak hitam keturunan bangsa Habsyah (Ethiopia) ketika Bilal sang budak ketahuan oleh tuannya yaitu Umayyah bin Khalaf bahwa dia telah meninggalkan agama nenek moyangnya dan menjadi pengikut Nabi Muhammad membuat murka Umayyah dan langsung membawa Bilal ke tengah padang pasir yang gersang. Di bawah terik mata hari, panas membakar kulit, tubuh hitam legam dan tak berotot itu ditelanjangi. Tidak cukup dengan itu, dia pun ditindig dengan batu besar diatas tubuhnya yang kurus, sambil tidak henti-hentinya dicambuk.
Meskipun Bilal dipaksa kembali kepada keyakinan sebelumnya dan meninggalkan ajaran Muhammad saw, tidak ada satu katapun pengingkaran Bilal terhadap keyakinan yang telah diperolehnya dari Rasulullah saw. yaitu Syahadatain (dua kalmat kesaksian). Kata yang keluar dari mulut Bilal yang ketika telah sangat payah itu hanyalah perkataan: “...ahad..ahad..ahad…"
Siksaan semakin keras diberikan padanya tetapi hal itu malah semakin memperkuat keyakinannya bahwa agama yang paling benar adalah Islam, bukan Pantheisme, agama orang-orang Qurasy saat itu. Bahkan walau harus meregang nyawa dia rela demi mempertahankan keIslamannya.
Peristiwa itu menggerakkan hati salah seorang sahabat besar Rasulullah yaitu Abu Bakar. Dia segera datang ketempat itu dan menemui sang majikan berdarah dingin itu lalu menanyakan tentang perihal Bilal. Kalaupun Umayyah mau menjual Bilal, pasti Abu Bakar akan membelinya tanpa penawaran dengan harga berapapun yang Umayyah inginkan.
Setelah itu akhirnya Bilal dimerdekakan sesuai harga permintaan Umayyah dan dia menjadi pengikut rasulullah yang setia serta dijanjikan surge baginya. Begitu pula yang dialami keluarga Yasir ketika diketahui keislamannya oleh bani Makhzum, mereka digiring ke padang pasir dan diikat kuat-kuat di sana, dijemur di tengah terik matahari. Mereka disiksa dengan kejam. Satu persatu mereka dibunuh dengan kejam sampai-sampai Sumayyah, istri Yasir ditusuk tepat pada rahimnya dengan tombak oleh Abu Jahal.
Rasulullah segera datang ke tempat itu namun terlambat. Disana yang tersiasa adalah Ammar, anaknya yang terikat. Ia selamat karena telah mengaku pada Abu Jahal kembali pada kepercayaan sebelumnya dan dia mengadukan hal ini kepada Rasulullah saw tentang keimanannya. Namun Rasulullah menghiburnya bahwa Ammar tetap seorang muslim karena pengakuan dihadapan Abu Jahal adalah upaya penyelamatan diri dari bahaya. Selain itu agar imannya semakin kuat beliau mengatakan bahwa keluarganya adalah orang yang pertamakali meninggal dalam kesyahidan seraya berdoa kepada Allah SWT, "Bersabarlah keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga"
Demikianlah seklumit kisah kekuatan syahadatain yang mampu membuat Bilal dan keluarga Yasir tak bergeming dan murtad meskipun nyawa taruhannnya. Mereka telah mengerahkan segala apa yang dimiliki, dan menganggap remeh kematian dalam rangka memperjuangkan iman. Mereka telah mengorbankan nyawa yang mahal dalam rangka meraih keridhaan Rabb-nya. "Dan mendermakan jiwa adalah puncak tertinggi dari kedermawanan". Subhanallah.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Pembukaan
BAB 1 - BAB 2 - BAB 3 - BAB
BAB 5 - BAB 6 - BAB 7
BAB 8 - BAB 9
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Inilah Dahsyatnya Kekuatan Dua Kalimat Syahadat"
Post a Comment