“Engkau akan bersama yang kau cintai di akherat kelak.” Sosok panutan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang yang paling sederhana adalah mengikuti cara berpakaian dan lebih serius lagi adalah ketika telah muncul sebuah kata cinta terhadap sang idola. Semua gerak dan geriknya diikuti tanpa secuil pun tertinggal serta tanpa ada seleksi yang akhirnya terkadang merugikan diri sendiri. Rasulullah telah memperingatkan, “Engkau akan bersama yang kau cintai di akherat kelak.”
Juga firman Allah menegaskan
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (Al A’raf : 3)
Daripada kita dibawa sengsara nanti, lebih baik memilih sosok The Real Idol yang akan diambil sebagai ‘tokoh anutan’. Sepakatlah kita bahwa tokoh anutan tersebut harus memiliki kriteria tertentu sesuai kriteria yang ditulis oleh Salim A.F (2008) yaitu: Pertama harus jelas, bahwa dia adalah tokoh yang memang ada. Kedua, pernak-pernik kehidupannya harus lengkap tercatat secara obyektif, tanpa bumbu-bumbu palsu dan ‘pemanis buatan’. Ketiga, sisi hidupnya sedapat mungkin sesuai dengan kondisi kita. Keempat, ini yang jarang ada, kita pilih yang kehidupannya tanpa cacat, terutama di peng-hujungnya. Kelima, ini yang terpenting, dia harus benar-benar bisa dan mungkin untuk dicontoh.
Pembaca sekalian pasti setuju, kalau saya ajukan sosok The Real Idol tersebut adalah Nabi dan Rasul kita Muhammad saw. Beliau bukan tokoh fiktif, rekaan, mitos, legenda, ataupun cerita rakyat, yang jelas beliau nyata dan ada. Tidak ada tokoh sejarah yang riwayat hidupnya tercatat lengkap selain beliau. Bahkan dibuat seteliti mungkin, bersih dari praduga dan kira-kira, sehingga tercatat tanpa cacat. Kehidupan beliau begitu multidimensi, merangkum semua kemulyaan yang harus dimiliki seorang mukmin dalam posisi apapun yang ia duduki. Kaya iya, miskin juga sering. Bangsawan iya, tapi hidupnya menjelata. Memimpin keluarga dengan satu istri pernah, denga beberapa orang istri juga pernah. Beliau adalah manusia, tentu menjadi alasan tersendiri bagi kita untuk dicontoh umatnya yang juga sama-sama manusia.
Umat ini beruntung, kerena tidak diperintahkan oleh Allah untuk meneladani ‘manusia setengah dewa’. Kita hanya diperintahkan mencontoh seorang manusia yang berpredikat hamba dan rasul-Nya. Allah telah memberikan legalitas kepada beliau untuk diteladani atau sebagai idola umat muslim dengan firman-Nya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al Ahzab : 21)
Jadi tunggu apa lagi? Ayo pilih Nabi dan Rasulullah, Muhammad bin Abdullah saw., sebagai Idola kita. Sehingga dalam kesempatan ini penulis mengakronimkan ISLAM, “Ingin Selamat, Laksanakan Ajaran Muhammad saw”. Cintailah Beliau serta mari kita berusaha mengamalkan apa yang beliau ajarkan jika kita merasa dan mengakui sebagai umatnya yang setia. Meskipun terasa berat dijalankan saat ini, tapi tidaklah salah ketika kita berusaha. Biarlah Allah SWT dan Rasul-Nya yang menilai. Semoga kita mendapatkan syafaatnya sehingga bisa berjumpa dan hidup bersamanya di Akhirat kelak. Aamiin.
Pembukaan
BAB 1 - BAB 2 - BAB 3 - BAB
BAB 5 - BAB 6 - BAB 7
BAB 8 - BAB 9
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Menjadikan Nabi Muhammad Sebagai Satu-satunya Suri Tauladan"
Post a Comment